-TEROMBO (STAMBOOM)-
Asal-usul Raja-raja Kerajaan
Negeri Tanjung Kassau Pada masa dahulu
NAMA :
1.
T. Sofyan
2.
T. Syaiful Anwar
3.
T. Syamsul Bahri
4.
T. Syahmenan
5.
T. Saida Fariani
Indra
6.
T. Zulkarnain
7.
T. Amirsyah
Tanjung
kasau, Pagurawan, Siparepare, dan Tanjung
(1)
−−oleh−−−−−−−−−−−
Tengku
Luckman Sinar
Tahun 1823, JOHN ANDERSON, pegawai
tinggi Gubernur Inggris di Penang, telah juga mencatat negeri-negeri kuala ini
ketika ia mengadakan kunjungan ke kerajaan-kerajaan pantai di Sumatera Timur,
seperti tercatat dalam bukunya, “Mission to the East coast of Sumatera” (1826).
Menurut catatannya, sungai Paguruwan berada di bawah Penguli PEMANDRA
asal Batu bara dan penduduk di situ menanam padi dan jumlah penduduk tak lebih
dari 100 orang. SUNGAI Sipare-pare asalnya dari nama “Sipari-pari” dari nama
ikan sejenis itu yang banyak di sana. Pimpinan di situ ialah ORANG KAYA MANALI
dan penduduk kampong itu hanya 100 orang. Sungai Tanjong berpenduduk 400 orang
dibawah pimpinan PENGULU AHMAD dari Batubara. Hasil lada dari sini jadi
terkenal, begitu juga rotan dan lilin.
Kalau menurut SCHADBE, dalam
“Geschledenis van Sumatra’s Oostkust” (1)-nya, pada permulaan kedatangan
Belanda ke Sumatra Timur di tahun 1862, Pagurawan dan Tanjong berada langsunbg
di bawah SIAK dan Siparepare berada di bawah jajahan Datuk Lima Puluh dari Batubara yang kemudian tunduk pula kepada
Siak.
Ketika saya menjadi anggota Delegasi
Indonesia di dalam “Kongres, Sejarah Indonesia Belanda” di tahun 1976 dan 1980,
untuk melengkapi diperolehnya uang tunjangan dari pemerintah Belanda, kami
diwajibkan mengadakan riset ke perpustakaan dan lembaga-lembaga arsip yang
mengenai hubungan dengan Indonesia. Dalam salah satu lembaga arsip di Negeri
Belanda itu saya temui dokumen laporan dari raja-raja dan pembesar pembesar di
pesisir SumateraTimur yang diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda dari
tahun 1920-an s/d 1930an. Riwayat-riwayat negeri-negeri itu disertai dengan
terombanya sekali, dan ditanda tangani oleh Raja atau Pembesar yang
bersangkutan.
Negeri Tanjung Kasau
Ada seorang benama DATUK PADUKA TUAN turunan dari Bukit Gombak
Pagaruyung membawa 2 orang anaknya yaitu RAJA MANSYURSYAH dan RAJA ALI KADIR
dengan pengiringnya, mereka sampai ke Batubara. Lalu mereka membuat
perrkampungan di sana. Lama kelamaan banyaklah berdatangan orang suku
Simelungun untuk berdagang, sehingga karena makmurnya, Portugis datang dari
Melaku sehingga terbitlah peperangan. Di dalam menangkis serangan Portugis itu,
disuruhnya orang membuat tangga besi yang dibakar, sehingga Portugis tak jadi
mendarat. Sejak itu kampung itu dinamakan “TANGGA BESI”. Karena dicekam
perasaan was was selalu maka RAJA MANSYURSYAH minta bantuan panglima dan
senjata pada Sultan Aceh, yang lalu mengirimkan panglima panglimanya yang
bernama Panglima Gugub, Panglima Payung,
Panglima mungkin dan panglima Mahir. Merekalah yang membuat benteng pertahanan
dengan dilengkapi meriam. Sejak itu orang Portugis sudah tidak dating lagi.
Panglima Mahir dan mugkin kembali menjadi Aceh dan Raja Mansyursyah menjadi
Raja di Tangga Besi. Putranya bernama RAJA ABDUL JALIL, membuat kampung baru di
Tanjung Rih. Putera Raja Abdul Jalil, bernama RAJA ADIM, membuat pula kampung
di Tanjung Matoguk. Turunan di Raja Adim, ialah RAJA AHMAD, membuat pulakampung
di Tanjung Bolon. Di zaman Raja Amad menjadi raja, ia menghadap sultan Aceh
dengan menaiki kapal bernama “Gajah Ruku”. Oleh sultan Aceh, ia lalu diberi
gelar SULTAN ALAM PERKASA dan dari situ nama Tanjung Bolon awalnya dan nama
Perkasa di akhirnya, dijadikannya negeri, yaitu “Tanjung Kasa” atau kemudian menjadi “Tanjung Kasau”, ia
mempunyai 2 orang putera : Raja Bolon dan Raja Muda Indrajari. Penggantinya
adalah Raja Bolon yang membangun kampung Tanjung Meraja. Raja Bolon mempunyai
Putera 3 orang dan yang menjadi penggantinya adalah yang bernama RAJA SABDA
yang kembali berkedudukan di Tanjung Bolon. Pengganti Raja Sabda ialah RAJA
SAID yang membuat kampung Huta Usang. Raja Said mempunyai 5 orang putera.
Mula-mula sebagai penggantinya ialah yang tua RAJA MUHAMMADSYAH, kemudian
digantikan abangnya RAJA JINTANALI menjadi raja yang membuat kampung di Huta Limau Kayu. Ada 9 orang
anaknya. Ketika ia sudah tua, ia turun tahta dan digantikan puteranya RAJA
MARAH yang membuat kampung baru di kampung Mabar. Ia ini mempunya 11 orang
anak. Ia diturunkn Belanda karena melawan ditahun 1900 dan digantikan adiknya
RAJA MARAHUDDIN yang membangun kampung Suka. Raja Marahuddin punya 6 orang
anak. ketika ia berhenti, menjadi raja pula adiknya RAJA RAETAL sebagai
pemangku putera tertua Raja Morah. Tetapio tibatiba mati Raja Raefal, dan kini
menjadi pemangku ialah DATUK BENTARA,
menantu dari almarhum Raja Jintananali.
Ada kira-kira 1½ tahun ia memangku maka iapun meninggal dunia pula. Di tahun
1916, ketika masa kontelir batubara bernama RADERSMA, dicalonkannyalah ABDUL
SOMAD gelar TENGKU BUSU menjadi pemangku negeri Tanjung Kasau.
Adapun negeri Tanjung Kasau itu
mempunyai juga Orang Besarnya, yaitu RAJA POSO turunan Raja Morah. RAJA INJAR
turunan Raja Bolon, RAJA GRAHA turunan Raja Morah juga dan Orang Kaya MATRAWAN
turunan Panglima Payung dari Aceh. Pada suatu waktu Raja Tanjung Kasau
bermusyawarah dengan Raja Silau, Raja Siantar dan Raja Pane dan bersama mereka
membuat rumah besar di Pematang Pane tempat mereka bermusyawarah kalau ada
perkara diantara mereka. Ketika di Asahan sudah ditempatkan Belanda Kontelir
Van Assen, maka negeri Tanjung Kassau dicaplok masuk Hindia Belanda dan Raja
Marsyah (Muhammadsyah) waktu itu diberikan
Beslil 16 Oktober 1882. Ketika Raja Jintanali menjadi Raja di Tanjung
Kasau, ia bersama Orang Besarnya disumpash oleh Kontelir B.A Kroesen dari
Batubara.
Dalam suratnya, Kontelir Asahan dan
Batubara, Van Assen, tertanggal 16 Oktober 1882 menyebut bahwa “Radja
Djintanali is van een vorstelijk moeder : Radja Madseh van een orang ketjil.
Radja Djintanali is de broeder van Radja Madsah, een oprechte en geode
Battaker. Radja Madsah is beter om te onderhandeler, daarhij goed Maleisch
spreekt”. (Raja Jintanali mempunyai ibu turunan bangsawan, sedangkan Raja
Madseh ibunya orang biasa. Raja Jintanali adalah saudara Raja Madsah, adalah
seorang yang baik dan jujur. Dengan Raja Madsah agak mudah berhubungan karena ia
bisa berbicara melayu dengan fasih).
Negeri
Pagurawan
Ada seorang bernam PANGLIMA MUDA
tinggal di negeri Pesisir. (Batubara) dan beranak 3 orang : Datuk Muda Jalil,
Idris gelar Datuk Muncak dan Datuk Muda Husin. Apakah “Pemadra” yang disebut
Anderson sama dengan Panglima Muda ini?
Pada
suatu hari Datuk Muncak berlayar bersama beberapa pengikutnya dan pada suatu
kuala sungai mereka membuat perkampungan. Tiada berapa lama kampung kecil tadi
menjadi ramai. Karena orang-orang suku Simelungun turun ke pantai untuk
berdagang sehingga kampung itu dijuluki Kampung Besar. Karena urusan dagang,
Datuk Muncak menjalinlah persahabatan dengan raja-raja Simelungun di
pedalaman. Yaitu Raja Siantar terutama.
Pada suatu hari diundanglah Raja Siantar menghilir ke kampung Besar. Karena
sangat gembiranya mereka bermain dan bergurau maka direbutlah nama negeri itu
“Pagurowan”, lama kelamaan menjadi “Pagurwan”. Ketika Datuk Muncak meninggal
dunia, ia digantikan anaknya DATUK MUDASRI BETARA.. ia ini mengambil istri selaku
puang bolon ialah adik Raja Siantar bernama PUANG RAANO, sehijngga akrablah
perhubungan Siantar dengan Pagurawan. Setelah Datuk Muda Sri Betara meninggal
dunia, ia digantikan puteranya yang tertua DVATUK SETIA WANGSA. Dia inipun
mengambil sebagai isteri, adik dari Raja Siantar. Datuk Setia Wangsa berputera
dan berputri 17 orang. Tetapi di zaman pemerintahannya Pagurawan silih berganti diserang oleh
negeri-negeri tetangganya seperti Tanjung Kasau, Bandar Chalifah,Sipare-pare,
Tebingtinggi dan lain lain. Untuk keselamatan negerinya, maka Datuk Setia
Wangsa lalu menghadap langsung kepada Sultran Siak Sri Indrapura mohon
perlindungannya. Pada masa itu Siak sudah tunduk kepada Belanda, sehingga cukai
pelabuhannya diatur oleh Kontelir Belanda di Bengkalis yang lalu membagi hasil
cukai itu untuk dan untuk Pagurawan.
Ketika Belanda membayari Siak dengan
uang ganti rugi, di mana negeri negeri Sumatera Timur lainnya tidak lagi di
bawah Siak tetapi langsung di bawah Hindi Belanda, maka Pagurawan juga tidak
lagi takluk ke Siak, tetapi dimasukkan resort Batubara. hal ini terjadi di
zaman pemerintahan Datuk Setia Wangsa juga.
Setelah Datuk Setia Wangsa dibuang,
ia digantikan puteranya DATUK SETIA MAHARAJA LELA. Setelah yang belakangan ini
meninggal dunia pula, puteranya masih dibawah umur, dan pemerintahan di
Pagurawan dipegang oleh pemangkunya yaitu DATUK SETIA PUTERA RAJA. Adapun
menjadi Orang Besar atau “TUNGKAT” ialah Orang Kaya BESAR., Orang Kaya SANDING
dan Orang Kaya TAIB. Mereka ini mendapat ⅓ dari hasil tanah tetapi belakangan
hak mereka dihapuskan Belanda dan diganti dengan semacam gaji saja. (Bersambung
besok).
Riwayat
Negeri :
Tanjung
Kasau, Pagurawan, Siparepare, dan Tanjung
−−oleh−−−−−−−−−−−− (2 −− Penutup)
Tengku Luckman Sinar
Negeri
di Parepare
Ada seorang bernama SULTAN PALAMINAN
bersama adik perempuannya merantau menghilir sunga Asahan, kemudian adik perempuannya
itu kawin dengan seorang suku Aceh disebut saja “Tuan Kita di Acih” dan lalu
dibawanya pulang ke Aceh. Orang ini mempunyai juga istri tua yang cemburu
dengan istri muda yang baru tiba itu. Tidak lama kemudian mau tak mau
terpaksalah ia mengembalikan isteri mudanya itu ke Asahan meskipun sudah
dilihatnya isteri mudanya itu hamil berat.
Adapun Sutan Palaminan itu pergi
berlayar dengan anak buahnya ke negeri Langkat dan kawin dengan seorang wanita
bernama WAN NOSARI. Lalu kemudian berlayar lagi melewati sungai Pagurawan untuk
mencari tempat baru buat membuka negeri. Sampailah mereka pada suatu sungai
yang belum didiami orang sekitarnya. Pergilah mereka mudik dan tiba pada suatu
pematang (tanah tinggi) di kiri tepi sungai itu dibuatnyalah perkampungan.
Sultan Palaminan beranak 3 orang : Podin (laki-laki), Dagang (wanita), dan Gani
(laki-laki). Tiada berapa lama dating pula sanak keluarga dari Langkat berdiam
di situ. Karena banyak ikan pari di sungai itu, disebutlah negeri itu Sungai
Siparepare. Putrinya bernama Dagang itu dikawinkan dengan seorang bernama TUM
asal Sunggal dan dibangunlah Kampung Deli. Karena ia sudah tua, muka Sutan
Palaminan menghunjuk Tum itu tiba tiba meninggal dunia tanpa turunan. Dagang,
yang sudah menjadi janda kawin lagi dengan seorang asal Kuantan bernama MOGEK
GUNUNG.
Ia menentang Belanda dan tahun 1894,
dibuang Belanda ke Bengkalis.
Ketika Sutan Palaminan meninggal
dunia, mufakatlah Podin dan adik-adiknya mengangkat saja MOGEK GUNUNG selaku
kepala mereka karena ia gagah dan bijaksana. Putera Mogek ialah DATUK SUTAN.
Ketika Mogek meninggal dunia, maka pemerinthan dipegang oleh Datuk Sutan
bersama saudara sewalinya DATUK GUNDAH. Tiada berapa lama negeri itu diperangi
oleh Paguruwan, sehingga Datuk Sutan dan Datuk Gundah minta bantuan dan
perlindungan kepada DATUK SEMUANGSA yang tua, yaitu Raja Negeri Pesisir di
Batubara. Oleh Pesisir ditempatkanlah wakilnya di sapa bernama DATUK BADUL.
Yang kawin dengan seorang gadis bernama SUWING, anak dari DURAJO jadi kemanakan
dari Datuk Sutan. Pemerintaha Sipare-pare kini dipegang oleh 3 orang
bersama-sama. Dari isteri lainnya di Batubara, Datuk Badul beranakan orang Kaya
Abdullah dan seorang gadis bernama HALIMAH. Orang Kaya Abdullah itu kemudian
menjadi Raja di Negeri Pesisir (Batubara). Setelah Datuk Sutan meninggal dunia,
digantikan tempatnya oleh ORANG KAYA LEMAN. Kira-kira 5 tahun kemudian
meninggal pula Datuk Badul dan digantikan kedudukannya oleh adiknya ORANG KAYA
JOHAN PAHLAWAN untuk menggenap kan pemerintaha Irlo di Sipare-pare. Tetapi
pemerintahan Tri Tunggal tidak dapat dipertahankan lebih lama. Masing-masing
mereka kini mencari lindungan dan dukungan dari negeri yang kuat. Orang Kaya
Johan dan Datuk Gundah bermufakat pergi mengahadap Sultan Siak, sementara Orang
Kaya Leman menyuruh pula puteranya bernama ORANG KAYA SOMAN, diam-diam pergi
menghadap ke Siak juga. Sultan Siak
mengangkat dan menggelar Orang Kaya Johan dengan DATUK JOHAN PAHLAWAN, wakil
Sultan Siak memerintah di Sipare-pare sementara Orang Kaya Soman juga digelar
di Siak. DATUK SUTAN PAHLAWAN memrintah juga di Sipare-pare. Tidak heran ketika
keduanya tiba di Sipare-pare terjadilah perselisihan dan adu kekuatan.
Untunglah sementara perang dingin itu tiba-tiba meninggal Datuk Johan Pahlawan,
sehingga menjadi raja tunggal. Kini Orang Kaya Soman gelar Datuk Sutan
Pahlawan. Diangkatnya sebagai wakil saudara kandungnya ORANG KAYA ANJANG alias
Haji AMINULLAH. Ada 44 tahun ia memrintah sampai tahun 1919 ia mengundurkan
diri karena sudah tua sekali dan meninggal pada tahuhn 1924.
Di samping Orang Kaya Anjang menjadi
wakil (Tungkat)di kamnpung Mandersah, juga diangkat sebagai tungkat ORANG KAYA
KENDEH di Kampung Modang, ORANG KAYA LANO menjadi tungkat di kampung Tasak dan
ORANG KAYA LAMBAK menjadi tungkat di kampung lalang. Untuk mengadili dan
menghukumberada ditangan raja bersama kepala tungkat, sedangkan masing-masing
kampung dalam wilayah tungkat, mereka itu bisa menghukum maksimum 5 thail
($.16) dan dari hasil tanah ⅔ bauat datuk Sipare-pare dan ⅓ dibagi sama rata diantar
para tungkat.
Negeri Tanjung
Ada seorang bernama DATUK MAT JANGGUT
berasal dari negeri Kuantan bersama isterinya KULO dan 6 orang pengikutnya
berlayar dan pada suatu kuala sungai yang betingnya jauhmenjorok ke tengah
laut, seakan akan sebuah semenanjung, maka dinamailah tempat itu KUALA TANJONG.
Kemudian terdengar di kampung asalnya berita bahwa ia sudah membuka negeri
baru, maka berdatanganlah orang-orang Kuantan dan Kampar berdiam di sana.
Kemudian dibukanya kebun menanam Limau Purut. Tiada lama kemudian turun pula
orang-orang suku Simelungun berniaga dan berdiam di sana menjadi Melayu. Ia
beranak 5 orang ketika Datuk Mat Janggut meninggal dunia, maka puteranya yang
tua DATUK PANGLIMA BESAR SOMAN seharusnya menjadi penggantinya tetapi ia tidak
mau karena ia lebih suka jadi panglima perang saja. Maka adiknyalah, CHATIB
MANAN seharusnya jadi pengganti tapi dia inipun menolak karena dia suka
mendalami soal agama islam saja dan menjadi chatib masjid. Maka diangkatlah
adiknya yang bungsu, ORANG KAYA MAMAT menjadi raja. Orang Kaya Mamat ini
beristri 2 orang. Yang pertama NCIK LEMBUT, keluarga dari Datuk Sebiji di Raja,
Datuk Tanah Datar (Batubara), dan yang kedua bernama BORU TARAILIM kakak dari si TORAMANGGUNG, Raja Bandar dari
Siantar, yang berdiam di kampung Tanjung Muda sebelah hulu sungai Tanjong. Dari isteri pertama diperoleh
seorang putera, ORANG KAYA TULONG dan dari isteri yang kedua 2 orang putera
ialah ORANG KAYA LAWAN dan ORANG KAYA MAT BANDAR.O.K Mamat yang ditemu Anderson
itu ditahun 1823.
Pada suatu hari tibalah seorang
bernama PANGLIMA BAKAR bersama isteri CIK WAN dan pengikutnya minta
berdiam dan membuka kampung Tengah
bersebrangan dengan kampung Limau Parut. Mereka berasal dari Boga (Batubara).
Hal ini diperkenankan Orang Kaya Mamat. Tetapi tiada berapa lama kemudian
Panglima Bakar ini mulai secara kasar mengutip cukai terhadap oragn orang
Simalungun yang dating berniaga ke Tanjong, Orang Kaya Mamat tidak senang
sehingga terjadilah peperangan. Akhirnya kemenangan berada dipihak Orang Kaya
Mamat setelah Panglima Bakar tewas tertembak. Tetapi kemudian isteri Panglima
Bakar, Cik Wan tidak senang hati dan ingin menuntut balas. Dan pergilah ia
menghadap kepada Datuk Boga dan Datuk Boga meminta pula bantuan Sultan Asahan.
Orang Kaya Mamat kemudin tewas dipenggal. Ia digantikan puteranya ORANG KAYA
ULONG yang lalu pergi menghadap ke Siak bersama ORANG KAYA MAIRIL ddan ORANG
KAYA MAT DANO. Lalu Sultan Siak menggelar Orang Kaya Ulong bergelar DATUK
PADUKA SETIA RAJA memerintah negeri Kuala Tanjung dan Orang Kaya Mairil
dijadikan Tungkat di kampung Air Putih. Sejak itulahKualata Tanjong beraja ke
Siak.
Adapun pengganti dari Datuk Paduka
Setia Raja ialah puteranya ORANG KAYA SENDEH GELAR DATUK INDERA SETIA. Setelah
ia meninggal dunia, putera ORANG KAYA DARUS GELAR DATUK INDERA SETIA menjadi
penggantinya. Kira-kira 4 tahhun ia memerintah, maka iapun berhenti dan
ditetapkan belanda menjadi pengganti puteranya ORANG KAYA MAT BIDIN, yang
sementara dipangku oleh adiknya ORANG KAYA TUBO. Pada masa itu adalah seorang
bernama ABDUL SUMAD GELAR TENGKU BUSU
putera dari TENGKU SUTAN MUDA SRI MAHARAJA bangsawan dari kampong Raja (bilah)
yang bekerja pada kantor Kontelir Labuhan Bilik yang kemudian juga jadi
jurubahasa Batak dan kemudian menjadi
Jaksa di Negeri Kuala Tanjung. Setahun kemudian Pemangku Orang Kaya Toba
meninggal dunia dan Belanda menetapkan selaku Pemangku Abdul Somad gelar Tenku
Busu ini. Ia kemudian kawin dengan ENCIK BULAN, puteri dari ORANG KAYA SENDEH
GELAR DATUK INDERA SETIA. Setelah dikeluarkan dari Siak, seperti Kerajaan
kerajaan lainnya di Sumatera Timur, maka Kuala Tanjung dimasukkan ke dalam
resort Batubara, dan dalam bidang peradilan disatukan dengan negeri-negeri
Batubara, Sipare-pare, Tanjung Kasau dalam KERAPATAN BESAR Opderafdeeling Batubara
di Labuhan Bilik.
Sesuai dengan Politik HindiaBelanda,
yang sedikit demi sedikit ingin menghapuskan kerajaan-kerajaan bumiputera Indonesia sehingga akan disamakn dengan
wilayah Hindia Belanda lainnya yang langsung diperintahnya seperti Jawa Tengah,
Jawa Barat, Tapanuli, Sumatera Barat dll. Maka tahap pertama ialah menghapuskan
lembaga “Raja Muda” kemudian maju selangkah lagi dengan menghapuskan lembaga
“ORANG-ORANG BESAR” kerajaan dan mereka atau turunannya dijadikan pegawai
(Districthoofd) saja. Dengan demmikian Belanda hanya berhubungan dengan 1 orang
saja Raja tunggal yang mudah diotak atiknya.
Tahap ke 3 ialah menurunkan status kerajaan dengan Politik Kontrak, yang
kerajaannyadianggap terkebelakang dalam bidang produksi dan perekonomian dalam halnya
: Inderagiri. Tahap ke 4 ialah
menyatukan begitu banyak kerajaan yang kecil-kecil digabungkan dalam federasi
sebagaimana halnya kerajaan-kerajaan di wilayah Batubara Afdeeling Asahan dan
di Afdeeling Labuhan Batu dan Afdeeling Rokan. Kemudian tahap yang ke 5
menyatukan negeri-negeri kecil seperti halnya : Tanjung Kasau, Kuala Tanjung
dan Sipare-pare di bawah seorang kepala, ABDUL SOMAD GELAR TENGKU DUSU, sejak
1916. Pada tahap terakhir, dalm Zelfbestuurs politieke hervoerning, Belanda
sudah akan menghapuskan kekuatan raja-raja pemerintahan senidir itu
sehingga dismakan seperti “regent” di
Jawa , tetapi tidak kesampaian, karena tiba-tiba pecah Perang Dunia ke 2 dan
Jepang masuk ke Indonesia. Ketika Belanda menduduki sebahagian tanah air
setelah Agresi 1 dan Agresi 2. Belanda tidak bersedia lagi memulihkan kerajaan
itu. Dengan demikian secara tidak langsung Belanda telah “mengkhianati” Politik
Kontrak yang dibuatnya di zaman Hindia Belanda dengan raja bumi putra itu dan
ia sangat bersyukur bahwa kerajaan-kerajaan bumiputra itu sudah “dihapuskan”
oleh “Revolusi Sosial” yang dipimpin kaum komunis ditahun itu.
(habis)
Kata Pengantar
Bismillahir
Rahmanir Rahim
Sebagaimana kita telah sama ketahui
bahwa untuk menyusun Terombo (Stamboom) dari keturunan masing-masing, sangat
sulit sekali diperdapat.
Sebahagian besar dari nenek moyang kita
buta huruf, tetapi mereka semua memeluk agama Islam, diantaranya ada yang
pandai membaca isi kitab suci Al-Qur’an, tetapi ia tidak pandai menuliskannya,
karena tidak bersekolah karena di saat itu tidak ada sekolah , hanya ada
surau-surau tempat belajar mengaji saja yaitu belajar membaca isi kitab suci
Al-Qur’an.
Catatan-catatan keturunan tidak ada yang
ditinggalkan mereka. Alhamdulillah pada masa orang tua saya R. Alang masih
hidup, ia ingin untuk mendapatkan Terombo (Stamboom) asal-usuln Raja-Raja
kerajaan Negeri Tanjung Kassau pada masa dahulu, demi untuk anak cucu dan ahli
familinya agar mengetahui sejarah, karena mana ia usahakan menanyakan dan
mengumpul catatan-catatan dari orang-orang tua di kampung Tanjung Kassau dan di
tempat-tempat lain di Batubara dan di Simalungun.
Catatan-catatan orang2 tua dahulu
diperolehnya dari tulisan lama Melayu dan kini berada terkumpul ditangna sdr.
Tersebut kutip dan diperbuatnyalah Naskah Risalah yang ringkas ini.
Menurut tanggapan saya masih banyak lagi
kekurangan-kekurangan isi naskah itu.
Kepada para pembaca Naskah ini
dimohonkan bantuan, kiranya rela dan berkenan mengoreksi aka nisi Naskah itu, bilamana tahu atau dapat
tau pperbaikan dan tambahan akan isi Naskah itu dengan tidak segan-segan
diharapkan sangat agar dapat menyampaikannya kepada sdr. Pengutip untuk dapat
diralat seperlunya.
Terima kasih.
Labuhan
Ruku, 16 Okt. 1985. Wassalam
T. Harbeik Pensiunan Jaksa Negeri
NASKAH RISALAH KERAJAAN TANJUNG DI SIMALUNGUN
BISMILLAHIR
RAHMANIR RAHIM
Pada zaman
Sultan Tajul Alam Aladdieni Syah dalam takhta Negeri Aceh.
Alhamdulillahirabbil’alamin Washalaatu
wassalamu alaa rasulilla saiyidina Muhammadin wa’ala aalihi washahbihie
ajma’ien min hijratin nabiyi shallalaahu’alaihi wasallama sanata 1100 (alfin
wamiah)
Amma ba’du:
Dari pada itu maka tersebut perkataan
cerita Datuk Paduka Tuan dating dari Menang Kerbau negerinya bernama Bukit
gumbak pergi berlayar ke Johor membeli perahu muatan empat puluh koyan maka
dinamakan Gajah Ruku. Dari Johor lalu berlayar ke negeri Aceh (Pasai) maka
iapun lalu beristeri di sana dapat anak dua orang, seorang laki-laki dan
seorang perempuan.
Tiada berapa lama anataranya makam balik
ia (Datuk Paduka Tuan) ke Menang Kerbau. Sampai Datuk Paduka Tuan bertentangan
Kuala Batubara, maka Datuk itupun masuk lalu mudik ke Hulu. Sampai di Teluk
Kuala Batubara, maka Gajah Rukopun dilabuh oleh juru batunya. Dengan sebab itu
dinamakan orang Labuhan Ruku. Maka Datuk itupun mudik ke Hulu semenda ke Tanah
Jawa. Mengambil Puang anak raja Tanah Jawa. Telah kahwin maka iapun bertempat
di situ (di Tanah Jawa) dapat anak dua orang, seorang laki-laki namanya Ali
Usman dan yang perempuan hilang lalu membawa pulang ke air.
Maka, tiada berapa lama antaranya Datuk
Paduka Tuan meramaikan hulu tanjung, di dalam pada itu datanglah kemenakannya
dari Menang Kerbau negeri Bukit Gumbak dua bersaudara yang tuanya nama Raja Ali
Kadir dan yang mudanya nama Raja Mansyursah. Maka adalah kedua anak Raja itu ke
Hulu Tanjung didudukkannya di Tanjung Raja. Maka Datuk Paduka Tuanpun mengambil
Puang anak raja Siantar dikawinkannya dengan Raja Ali Kadir namanya Puang
Rindim. Maka tiada berapa lamanya Raja Ali Kadirpun membuat kampung di Tangga
Besi, nama sungainya Bah Sihapingan. Maka iapun dapat anak 3 orang yang tuanya
nama Raja Umar Ali yang tengahnya nama Raja Usman dan yang mudanya Raja
Sihotang (hilang masuk hutan).
Syahdan maka adalah Raja Umar Ali
beranak seoragn laki-laki nama Abdullah nama kampungnya Tanjung Kataran dan
nama sungainya Bah hapal. Dan Raja Usman pun beranak perempuan bernama Tengku
Maimunah kampungnya Tanjung Malela.
Alkisah maka tersebut perkataan saudara
Raja Ali Kadir yang bernama Raja Mansyursah berpindah dari Tanjung Rih,
berkampung ia di Tanjung Matoguh. Maka dibukanya Tanjung Maraja, nama sungainya
Bah Lias. Maka ia dapat anak dua orang. Yang tuamya nama Raja Tengku Maharaja
lela didudukkan di Tanjung Perapat. (perbatsan dengan Dolok) dan seorang Raja
Abdul Jalil didudukan di Tanjung Maharaja, dapat anak laki-laki nama Raja Adim
didudukan di Tanjung Bolon.
Syahdan maka sampai kabar ke bawah
hadrat duli yang maha mulia Sultan Aceh yang bergelar Sultan Tajul’alam
‘aladdini Syah akan anak Raja menang Kerbau Bukit Gumbak duduk di negeri
Tanjung kampung Tangga Besi nama Raja Ali Kadir maka Bagindapun menitahkan
hulubalangnya nama Nyak Let memanggil Raja Ali Kadir menghadap ke Aceh. Maka
jawab Raja Ali Kadir “ pada masa ini belum lagi terbuat saya pergi menghadap ke
Aceh sebab karena susah oleh Portugal yang hhendak datang mengambil negeri ini,
melainkan baliklah Tuan hamba dahulu ke Aceh sembahkan halini ke bawah duli
Sultan Tajul’alam’aladdini Syah. Akan tetapi meriani ini tinggalkan kepada
hamba”. Maka Nyak Let pun pulang ke Aceh lalu menghadap Sultan maka dipersembahkannyalah
segala hal ihwal yang tersebut dari awaalnya sampai akhirnya. Maka titah Sultan
“Nanti kita suruh antar hulubalang dan senjata kepadanya.
Arkian maka dititahkan oleh Sultan empat
orang Hulubalang nama Panglima Laut, Panglima Gugup, Panglima Payung dan
Panglima Mukim serta membawa kurnia kebesaran Sultan meriam dinamai meriam itu
Batng Pulai dan lela dua pucuk dinamakan Tupai beradu dan kepala padang perak
bercampur godam satu dan rencong sebilah. Setelah musta’id negeri Tanjung.
Keempat Hulubalang membawa kurnia kebesaran yang tersebut itu. Tiada berapa
lama mereka itupun sampailah ke negeri Tanjung lalu mudik ke Tangga Besi
mendapatkan Raja Ali Kadir serta memberikan kurnia kebseran itu semua dengan
menyampaikan titah melawan musuh itu. Dengan bersungguh-sungguh hati karena
segala raja-raja dan menteri Hulublang aib besar membuag belakang melainkan
karena hajat atau karena berhelah menggunakan tipu dan peperangan.
Demikianlah titah yang disampaikan hulubalang
Sultan. Maka jawab Raja Ali Kadir “Insya allah ta’ala sehabis-habis upaya
dilwan juga”. Telah sudah diperjamu, segala hulubalang itu kembalilah Panglima
Payung dan Panglima Mukim balik ke negeri Aceh, maka tinggalah dua orang
Hulubalang menanti musuh itu bersama-sama dengan Raja Ali Kadir di Tangga Besi.
Syahdan sepeninggal Panglima Payung dan Panglima Mukim itu maka dikumpulkan oleh
Raja Ali Kadir segala orang besar-besar dan segala Hulubalang Sultan Aceh nama
Panglima Laut dan Panglima Gugup musyawarah. Telah mufakat segala musyawarah
itu maka diaturkan Raja Mansyursah
membuat Benteng di Sungai Tanjung Gading dan empat menteri membuat empat kota
di Padang Rih dan Raja Ali Kadir dan Panglima Laut dan Panglima Gugup mudik ke
negeri Tangga Besi. Demikianlah masing-masing menjaga jabatannya. Maka beberapa
lama dijagai musuh tiada datang adanya.
Syahdan maka adalah seorang Raja Padang
nama Umar Baginda Saleh, tempatnya di Hulu Padang dan Raja negeri Beadagai
bergelar yang dipertuan Raja Negeri Panjang dan di Tanjung jadi raja, Raja Adim
duduk di Tanjung bolon.
Pada suatu hari datang Raja Umar Baginda
Saleh negeri Padang ke Tanjung Bolon mendapatkan Raja Adim musyawarah membuat
perjanjian antara keduanya bersetia, berserugi selabo Padang dan Tanjung Bolon.
Setelah sudah diperbuat perjanjian itu, maka Raja Umar Baginda Saleh pun
kembali ke Padang. Kemudian dari beberapa lamanya, maka Raja Umar Baginda Saleh
pun pergi ke negeri Bedagai menghadap yang dipertuan Raja Panjang serta
memulamngkan negeri Padang ke pada yang dipertuan Raja Panjang serta hendak
membuat aturan tanah supaya jangan berbantah anak cucu pada hari yang kemudian.
Dalam pada itu diaturlah begini:
Maka perbatasan Padang denganTanjung
pada sebelah tepi laut jering halus dan di darat. Peranggiran dan di darat
Peranggiran Perlimabatan dan di darat Perlimbatan Simpang empat. Maka adalah
Simpang itu tempat orang banyak tersamun. Sebelah ke Barat Padang yang punya
tanah dan sebelah ke Timur Tanjung yang punya tanah. Dan perwatasan Tanjung
dengan Dolok ialah dari simpang empat menuju Tanjung Perapat. Ke Hulu Dolok
yang punya tanah dan yang ke hilir Tanjung yang punya tanah. Kemudian dibohogi
pula tanah dengan Datuk Saidi Muhammad Batubara. Watas sebelah ke tepi laut
Gambus dan di darat Rih Sigulang-gulang. Kemudian perwatasan itu Bah
Kemung-mung menuju Siajang Condong.
Maka anak Raja Adim duduk di Tanjung
Bolon, maka dapat anak Raja Adim itu seorang laki-laki nama Raja Ahmad maka
didelar Sultan Aceh akan dia Sultan ‘Alam Perkasa dapat anak dua orang yang
tuanya nama Raja Bolon dan mudanya nama Raja Mudo Indra Jati. Maka Sultan Alam
Perkasapun mangkat maka menyuruh Raja Bolon ke Aceh menyampaikan sembah kepada
Raja Aceh mengatakan Sultan Alam Perkassa telah mangkat serta membawa
persembahan budak perempuan tujuh orang. Maka suruhan itupun pergi. Samapai di
Aceh lalu menghadap membawa persembahan itu serta mempersembahkan segala hal
yang terasebut itu. Maka Sultan pun menitahkan membawa hingsam Kacapuri pada
Raja Bolon akan jadi ningsam Sultan Alam Perkasa.
Beberapa lamanya maka Raja Muda Indara
Jatipun pergi musafir keluar negeri lalu singgah ke negeri Asahan. Lalu duduk
bertempat di Asahan. Tinggal Raja Bolon meminang anak Raja Siantar namanya
Puang Bolon Barat. Telah sudah kahwin. Lalu dibawa ke Tanjung Bolon.
Ada beberapa lamanya hilirlah Raja Siantar
bernama Jauhari sampai ke Tanjung Bolon maka hilir bersama Raja Bolon ke Kuala.
Lalu bermain berguarau-gurau singgah di Beting pasir putih sebelah kanan hilir
lalu dinamai orang Pergurauan. Dan beberapa lamanya maka Raja Bolon pun dapat
anak tiga orang laki-laki yang tuanya Raja Morah, yang tengahnya Raja Sabda,
dan yang bungsunya Raja Umar. Maka Raja Umar itu pergi musafir ke negeri Deli.
Syahdan tersebut ada seorang anak Datuk
Batubara. Kampung Pesisir nama Tok Muncak datang mendapatkan Raja Sabda hendak
menumpang membuat kebun dan menjermal (ambil ikan) maka dibenarkan oleh Raja
Sabda. Maka iapun lalulah duduk di situ berkebun dan menjermal.
Maka Raja Sabda dapat anak seorang
namanya Raja Said. Kampungnya Kota Usang, kehiliranbnya Suka namanya dan sungai
Pulau Bogot,; dan kehiliranyya Nibung larangan yang dilarangkan Raja Sabda.
Sebab itulah dinamakan orang Nibung larangan. Dan hilirnya sungai Raja. dan
sesudah Raja Sabda mangkat maka Raja Said menjadi Raja memerintah Kerajaan
Tanjung Kasau
Ruku, 16 Oktober 1985
Dikutip dari naskah lama tulisan
Melayu oleh,
R. Ardan
Pensiunan Guru SMP Negeri
Luar biasa Thanks. facebook Donald Tick
BalasHapus