Sabtu, 10 Mei 2014

terombo tengku saidt


-TEROMBO (STAMBOOM)-
Asal-usul Raja-raja Kerajaan Negeri Tanjung Kassau Pada masa dahulu






NAMA :

1.   T. Sofyan
2.   T. Syaiful Anwar
3.   T. Syamsul Bahri
4.   T. Syahmenan
5.   T. Saida Fariani Indra
6.   T. Zulkarnain
7.   T. Amirsyah







Tanjung kasau, Pagurawan, Siparepare, dan Tanjung   (1)

−−oleh−−−−−−−−−−−
Tengku Luckman Sinar


          Tahun 1823, JOHN ANDERSON, pegawai tinggi Gubernur Inggris di Penang, telah juga mencatat negeri-negeri kuala ini ketika ia mengadakan kunjungan ke kerajaan-kerajaan pantai di Sumatera Timur, seperti tercatat dalam bukunya, “Mission to the East coast of Sumatera” (1826).
          Menurut catatannya, sungai Paguruwan berada di bawah Penguli PEMANDRA asal Batu bara dan penduduk di situ menanam padi dan jumlah penduduk tak lebih dari 100 orang. SUNGAI Sipare-pare asalnya dari nama “Sipari-pari” dari nama ikan sejenis itu yang banyak di sana. Pimpinan di situ ialah ORANG KAYA MANALI dan penduduk kampong itu hanya 100 orang. Sungai Tanjong berpenduduk 400 orang dibawah pimpinan PENGULU AHMAD dari Batubara. Hasil lada dari sini jadi terkenal, begitu juga rotan dan  lilin.
          Kalau menurut SCHADBE, dalam “Geschledenis van Sumatra’s Oostkust” (1)-nya, pada permulaan kedatangan Belanda ke Sumatra Timur di tahun 1862, Pagurawan dan Tanjong berada langsunbg di bawah SIAK dan Siparepare berada di bawah jajahan  Datuk Lima Puluh  dari Batubara yang kemudian tunduk pula kepada Siak.
           Ketika saya menjadi anggota Delegasi Indonesia di dalam “Kongres, Sejarah Indonesia Belanda” di tahun 1976 dan 1980, untuk melengkapi diperolehnya uang tunjangan dari pemerintah Belanda, kami diwajibkan mengadakan riset ke perpustakaan dan lembaga-lembaga arsip yang mengenai hubungan dengan Indonesia. Dalam salah satu lembaga arsip di Negeri Belanda itu saya temui dokumen laporan dari raja-raja dan pembesar pembesar di pesisir SumateraTimur yang diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda dari tahun 1920-an s/d 1930an. Riwayat-riwayat negeri-negeri itu disertai dengan terombanya sekali, dan ditanda tangani oleh Raja atau Pembesar yang bersangkutan.

             Negeri Tanjung Kasau

        Ada seorang benama DATUK PADUKA TUAN turunan dari Bukit Gombak Pagaruyung membawa 2 orang anaknya yaitu RAJA MANSYURSYAH dan RAJA ALI KADIR dengan pengiringnya, mereka sampai ke Batubara. Lalu mereka membuat perrkampungan di sana. Lama kelamaan banyaklah berdatangan orang suku Simelungun untuk berdagang, sehingga karena makmurnya, Portugis datang dari Melaku sehingga terbitlah peperangan. Di dalam menangkis serangan Portugis itu, disuruhnya orang membuat tangga besi yang dibakar, sehingga Portugis tak jadi mendarat. Sejak itu kampung itu dinamakan “TANGGA BESI”. Karena dicekam perasaan was was selalu maka RAJA MANSYURSYAH minta bantuan panglima dan senjata pada Sultan Aceh, yang lalu mengirimkan panglima panglimanya yang bernama  Panglima Gugub, Panglima Payung, Panglima mungkin dan panglima Mahir. Merekalah yang membuat benteng pertahanan dengan dilengkapi meriam. Sejak itu orang Portugis sudah tidak dating lagi. Panglima Mahir dan mugkin kembali menjadi Aceh dan Raja Mansyursyah menjadi Raja di Tangga Besi. Putranya bernama RAJA ABDUL JALIL, membuat kampung baru di Tanjung Rih. Putera Raja Abdul Jalil, bernama RAJA ADIM, membuat pula kampung di Tanjung Matoguk. Turunan di Raja Adim, ialah RAJA AHMAD, membuat pulakampung di Tanjung Bolon. Di zaman Raja Amad menjadi raja, ia menghadap sultan Aceh dengan menaiki kapal bernama “Gajah Ruku”. Oleh sultan Aceh, ia lalu diberi gelar SULTAN ALAM PERKASA dan dari situ nama Tanjung Bolon awalnya dan nama Perkasa di akhirnya, dijadikannya negeri, yaitu “Tanjung Kasa” atau  kemudian menjadi “Tanjung Kasau”, ia mempunyai 2 orang putera : Raja Bolon dan Raja Muda Indrajari. Penggantinya adalah Raja Bolon yang membangun kampung Tanjung Meraja. Raja Bolon mempunyai Putera 3 orang dan yang menjadi penggantinya adalah yang bernama RAJA SABDA yang kembali berkedudukan di Tanjung Bolon. Pengganti Raja Sabda ialah RAJA SAID yang membuat kampung Huta Usang. Raja Said mempunyai 5 orang putera. Mula-mula sebagai penggantinya ialah yang tua RAJA MUHAMMADSYAH, kemudian digantikan abangnya RAJA JINTANALI menjadi raja yang  membuat kampung di Huta Limau Kayu. Ada 9 orang anaknya. Ketika ia sudah tua, ia turun tahta dan digantikan puteranya RAJA MARAH yang membuat kampung baru di kampung Mabar. Ia ini mempunya 11 orang anak. Ia diturunkn Belanda karena melawan ditahun 1900 dan digantikan adiknya RAJA MARAHUDDIN yang membangun kampung Suka. Raja Marahuddin punya 6 orang anak. ketika ia berhenti, menjadi raja pula adiknya RAJA RAETAL sebagai pemangku putera tertua Raja Morah. Tetapio tibatiba mati Raja Raefal, dan kini menjadi  pemangku ialah DATUK BENTARA, menantu dari almarhum  Raja Jintananali. Ada kira-kira 1½ tahun ia memangku maka iapun meninggal dunia pula. Di tahun 1916, ketika masa kontelir batubara bernama RADERSMA, dicalonkannyalah ABDUL SOMAD gelar TENGKU BUSU menjadi pemangku negeri Tanjung Kasau.
            Adapun negeri Tanjung Kasau itu mempunyai juga Orang Besarnya, yaitu RAJA POSO turunan Raja Morah. RAJA INJAR turunan Raja Bolon, RAJA GRAHA turunan Raja Morah juga dan Orang Kaya MATRAWAN turunan Panglima Payung dari Aceh. Pada suatu waktu Raja Tanjung Kasau bermusyawarah dengan Raja Silau, Raja Siantar dan Raja Pane dan bersama mereka membuat rumah besar di Pematang Pane tempat mereka bermusyawarah kalau ada perkara diantara mereka. Ketika di Asahan sudah ditempatkan Belanda Kontelir Van Assen, maka negeri Tanjung Kassau dicaplok masuk Hindia Belanda dan Raja Marsyah (Muhammadsyah) waktu itu diberikan  Beslil 16 Oktober 1882. Ketika Raja Jintanali menjadi Raja di Tanjung Kasau, ia bersama Orang Besarnya disumpash oleh Kontelir B.A Kroesen dari Batubara.
            Dalam suratnya, Kontelir Asahan dan Batubara, Van Assen, tertanggal 16 Oktober 1882 menyebut bahwa “Radja Djintanali is van een vorstelijk moeder : Radja Madseh van een orang ketjil. Radja Djintanali is de broeder van Radja Madsah, een oprechte en geode Battaker. Radja Madsah is beter om te onderhandeler, daarhij goed Maleisch spreekt”. (Raja Jintanali mempunyai ibu turunan bangsawan, sedangkan Raja Madseh ibunya orang biasa. Raja Jintanali adalah saudara Raja Madsah, adalah seorang yang baik dan jujur. Dengan Raja Madsah agak mudah berhubungan karena ia bisa berbicara melayu dengan fasih).

Negeri Pagurawan

           Ada seorang bernam PANGLIMA MUDA tinggal di negeri Pesisir. (Batubara) dan beranak 3 orang : Datuk Muda Jalil, Idris gelar Datuk Muncak dan Datuk Muda Husin. Apakah “Pemadra” yang disebut Anderson sama dengan Panglima Muda ini?
Pada suatu hari Datuk Muncak berlayar bersama beberapa pengikutnya dan pada suatu kuala sungai mereka membuat perkampungan. Tiada berapa lama kampung kecil tadi menjadi ramai. Karena orang-orang suku Simelungun turun ke pantai untuk berdagang sehingga kampung itu dijuluki Kampung Besar. Karena urusan dagang, Datuk Muncak menjalinlah persahabatan dengan raja-raja Simelungun di pedalaman.  Yaitu Raja Siantar terutama. Pada suatu hari diundanglah Raja Siantar menghilir ke kampung Besar. Karena sangat gembiranya mereka bermain dan bergurau maka direbutlah nama negeri itu “Pagurowan”, lama kelamaan menjadi “Pagurwan”. Ketika Datuk Muncak meninggal dunia, ia digantikan anaknya DATUK MUDASRI BETARA.. ia ini mengambil istri selaku puang bolon ialah adik Raja Siantar bernama PUANG RAANO, sehijngga akrablah perhubungan Siantar dengan Pagurawan. Setelah Datuk Muda Sri Betara meninggal dunia, ia digantikan puteranya yang tertua DVATUK SETIA WANGSA. Dia inipun mengambil sebagai isteri, adik dari Raja Siantar. Datuk Setia Wangsa berputera dan berputri 17 orang. Tetapi di zaman pemerintahannya  Pagurawan silih berganti diserang oleh negeri-negeri tetangganya seperti Tanjung Kasau, Bandar Chalifah,Sipare-pare, Tebingtinggi dan lain lain. Untuk keselamatan negerinya, maka Datuk Setia Wangsa lalu menghadap langsung kepada Sultran Siak Sri Indrapura mohon perlindungannya. Pada masa itu Siak sudah tunduk kepada Belanda, sehingga cukai pelabuhannya diatur oleh Kontelir Belanda di Bengkalis yang lalu membagi hasil cukai itu untuk dan untuk Pagurawan.
           Ketika Belanda membayari Siak dengan uang ganti rugi, di mana negeri negeri Sumatera Timur lainnya tidak lagi di bawah Siak tetapi langsung di bawah Hindi Belanda, maka Pagurawan juga tidak lagi takluk ke Siak, tetapi dimasukkan resort Batubara. hal ini terjadi di zaman pemerintahan Datuk Setia Wangsa juga.
          Setelah Datuk Setia Wangsa dibuang, ia digantikan puteranya DATUK SETIA MAHARAJA LELA. Setelah yang belakangan ini meninggal dunia pula, puteranya masih dibawah umur, dan pemerintahan di Pagurawan dipegang oleh pemangkunya yaitu DATUK SETIA PUTERA RAJA. Adapun menjadi Orang Besar atau “TUNGKAT” ialah Orang Kaya BESAR., Orang Kaya SANDING dan Orang Kaya TAIB. Mereka ini mendapat ⅓ dari hasil tanah tetapi belakangan hak mereka dihapuskan Belanda dan diganti dengan semacam gaji saja. (Bersambung besok).














































Riwayat Negeri :

Tanjung Kasau, Pagurawan, Siparepare, dan Tanjung 

−−oleh−−−−−−−−−−−−      (2  −−  Penutup)

 Tengku Luckman Sinar        


                          Negeri di Parepare
        Ada seorang bernama SULTAN PALAMINAN bersama adik perempuannya merantau menghilir sunga Asahan, kemudian adik perempuannya itu kawin dengan seorang suku Aceh disebut saja “Tuan Kita di Acih” dan lalu dibawanya pulang ke Aceh. Orang ini mempunyai juga istri tua yang cemburu dengan istri muda yang baru tiba itu. Tidak lama kemudian mau tak mau terpaksalah ia mengembalikan isteri mudanya itu ke Asahan meskipun sudah dilihatnya isteri mudanya itu hamil berat.
       Adapun Sutan Palaminan itu pergi berlayar dengan anak buahnya ke negeri Langkat dan kawin dengan seorang wanita bernama WAN NOSARI. Lalu kemudian berlayar lagi melewati sungai Pagurawan untuk mencari tempat baru buat membuka negeri. Sampailah mereka pada suatu sungai yang belum didiami orang sekitarnya. Pergilah mereka mudik dan tiba pada suatu pematang (tanah tinggi) di kiri tepi sungai itu dibuatnyalah perkampungan. Sultan Palaminan beranak 3 orang : Podin (laki-laki), Dagang (wanita), dan Gani (laki-laki). Tiada berapa lama dating pula sanak keluarga dari Langkat berdiam di situ. Karena banyak ikan pari di sungai itu, disebutlah negeri itu Sungai Siparepare. Putrinya bernama Dagang itu dikawinkan dengan seorang bernama TUM asal Sunggal dan dibangunlah Kampung Deli. Karena ia sudah tua, muka Sutan Palaminan menghunjuk Tum itu tiba tiba meninggal dunia tanpa turunan. Dagang, yang sudah menjadi janda kawin lagi dengan seorang asal Kuantan bernama MOGEK GUNUNG.
          Ia menentang Belanda dan tahun 1894, dibuang Belanda ke Bengkalis.
          Ketika Sutan Palaminan meninggal dunia, mufakatlah Podin dan adik-adiknya mengangkat saja MOGEK GUNUNG selaku kepala mereka karena ia gagah dan bijaksana. Putera Mogek ialah DATUK SUTAN. Ketika Mogek meninggal dunia, maka pemerinthan dipegang oleh Datuk Sutan bersama saudara sewalinya DATUK GUNDAH. Tiada berapa lama negeri itu diperangi oleh Paguruwan, sehingga Datuk Sutan dan Datuk Gundah minta bantuan dan perlindungan kepada DATUK SEMUANGSA yang tua, yaitu Raja Negeri Pesisir di Batubara. Oleh Pesisir ditempatkanlah wakilnya di sapa bernama DATUK BADUL. Yang kawin dengan seorang gadis bernama SUWING, anak dari DURAJO jadi kemanakan dari Datuk Sutan. Pemerintaha Sipare-pare kini dipegang oleh 3 orang bersama-sama. Dari isteri lainnya di Batubara, Datuk Badul beranakan orang Kaya Abdullah dan seorang gadis bernama HALIMAH. Orang Kaya Abdullah itu kemudian menjadi Raja di Negeri Pesisir (Batubara). Setelah Datuk Sutan meninggal dunia, digantikan tempatnya oleh ORANG KAYA LEMAN. Kira-kira 5 tahun kemudian meninggal pula Datuk Badul dan digantikan kedudukannya oleh adiknya ORANG KAYA JOHAN PAHLAWAN untuk menggenap kan pemerintaha Irlo di Sipare-pare. Tetapi pemerintahan Tri Tunggal tidak dapat dipertahankan lebih lama. Masing-masing mereka kini mencari lindungan dan dukungan dari negeri yang kuat. Orang Kaya Johan dan Datuk Gundah bermufakat pergi mengahadap Sultan Siak, sementara Orang Kaya Leman menyuruh pula puteranya bernama ORANG KAYA SOMAN, diam-diam pergi menghadap  ke Siak juga. Sultan Siak mengangkat dan menggelar Orang Kaya Johan dengan DATUK JOHAN PAHLAWAN, wakil Sultan Siak memerintah di Sipare-pare sementara Orang Kaya Soman juga digelar di Siak. DATUK SUTAN PAHLAWAN memrintah juga di Sipare-pare. Tidak heran ketika keduanya tiba di Sipare-pare terjadilah perselisihan dan adu kekuatan. Untunglah sementara perang dingin itu tiba-tiba meninggal Datuk Johan Pahlawan, sehingga menjadi raja tunggal. Kini Orang Kaya Soman gelar Datuk Sutan Pahlawan. Diangkatnya sebagai wakil saudara kandungnya ORANG KAYA ANJANG alias Haji AMINULLAH. Ada 44 tahun ia memrintah sampai tahun 1919 ia mengundurkan diri karena sudah tua sekali dan meninggal pada tahuhn 1924.

          Di samping Orang Kaya Anjang menjadi wakil (Tungkat)di kamnpung Mandersah, juga diangkat sebagai tungkat ORANG KAYA KENDEH di Kampung Modang, ORANG KAYA LANO menjadi tungkat di kampung Tasak dan ORANG KAYA LAMBAK menjadi tungkat di kampung lalang. Untuk mengadili dan menghukumberada ditangan raja bersama kepala tungkat, sedangkan masing-masing kampung dalam wilayah tungkat, mereka itu bisa menghukum maksimum 5 thail ($.16) dan dari hasil tanah ⅔ bauat datuk Sipare-pare dan ⅓ dibagi sama rata diantar para tungkat.
                              Negeri Tanjung
          Ada seorang bernama DATUK MAT JANGGUT berasal dari negeri Kuantan bersama isterinya KULO dan 6 orang pengikutnya berlayar dan pada suatu kuala sungai yang betingnya jauhmenjorok ke tengah laut, seakan akan sebuah semenanjung, maka dinamailah tempat itu KUALA TANJONG. Kemudian terdengar di kampung asalnya berita bahwa ia sudah membuka negeri baru, maka berdatanganlah orang-orang Kuantan dan Kampar berdiam di sana. Kemudian dibukanya kebun menanam Limau Purut. Tiada lama kemudian turun pula orang-orang suku Simelungun berniaga dan berdiam di sana menjadi Melayu. Ia beranak 5 orang ketika Datuk Mat Janggut meninggal dunia, maka puteranya yang tua DATUK PANGLIMA BESAR SOMAN seharusnya menjadi penggantinya tetapi ia tidak mau karena ia lebih suka jadi panglima perang saja. Maka adiknyalah, CHATIB MANAN seharusnya jadi pengganti tapi dia inipun menolak karena dia suka mendalami soal agama islam saja dan menjadi chatib masjid. Maka diangkatlah adiknya yang bungsu, ORANG KAYA MAMAT menjadi raja. Orang Kaya Mamat ini beristri 2 orang. Yang pertama NCIK LEMBUT, keluarga dari Datuk Sebiji di Raja, Datuk Tanah Datar (Batubara), dan yang kedua bernama BORU TARAILIM  kakak dari si TORAMANGGUNG, Raja Bandar dari Siantar, yang berdiam di kampung Tanjung Muda sebelah hulu  sungai Tanjong. Dari isteri pertama diperoleh seorang putera, ORANG KAYA TULONG dan dari isteri yang kedua 2 orang putera ialah ORANG KAYA LAWAN dan ORANG KAYA MAT BANDAR.O.K Mamat yang ditemu Anderson itu ditahun 1823.
          Pada suatu hari tibalah seorang bernama PANGLIMA BAKAR bersama isteri CIK WAN dan pengikutnya minta berdiam  dan membuka kampung Tengah bersebrangan dengan kampung Limau Parut. Mereka berasal dari Boga (Batubara). Hal ini diperkenankan Orang Kaya Mamat. Tetapi tiada berapa lama kemudian Panglima Bakar ini mulai secara kasar mengutip cukai terhadap oragn orang Simalungun yang dating berniaga ke Tanjong, Orang Kaya Mamat tidak senang sehingga terjadilah peperangan. Akhirnya kemenangan berada dipihak Orang Kaya Mamat setelah Panglima Bakar tewas tertembak. Tetapi kemudian isteri Panglima Bakar, Cik Wan tidak senang hati dan ingin menuntut balas. Dan pergilah ia menghadap kepada Datuk Boga dan Datuk Boga meminta pula bantuan Sultan Asahan. Orang Kaya Mamat kemudin tewas dipenggal. Ia digantikan puteranya ORANG KAYA ULONG yang lalu pergi menghadap ke Siak bersama ORANG KAYA MAIRIL ddan ORANG KAYA MAT DANO. Lalu Sultan Siak menggelar Orang Kaya Ulong bergelar DATUK PADUKA SETIA RAJA memerintah negeri Kuala Tanjung dan Orang Kaya Mairil dijadikan Tungkat di kampung Air Putih. Sejak itulahKualata Tanjong beraja ke Siak.
          Adapun pengganti dari Datuk Paduka Setia Raja ialah puteranya ORANG KAYA SENDEH GELAR DATUK INDERA SETIA. Setelah ia meninggal dunia, putera ORANG KAYA DARUS GELAR DATUK INDERA SETIA menjadi penggantinya. Kira-kira 4 tahhun ia memerintah, maka iapun berhenti dan ditetapkan belanda menjadi pengganti puteranya ORANG KAYA MAT BIDIN, yang sementara dipangku oleh adiknya ORANG KAYA TUBO. Pada masa itu adalah seorang bernama  ABDUL SUMAD GELAR TENGKU BUSU putera dari TENGKU SUTAN MUDA SRI MAHARAJA bangsawan dari kampong Raja (bilah) yang bekerja pada kantor Kontelir Labuhan Bilik yang kemudian juga jadi jurubahasa  Batak dan kemudian menjadi Jaksa di Negeri Kuala Tanjung. Setahun kemudian Pemangku Orang Kaya Toba meninggal dunia dan Belanda menetapkan selaku Pemangku Abdul Somad gelar Tenku Busu ini. Ia kemudian kawin dengan ENCIK BULAN, puteri dari ORANG KAYA SENDEH GELAR DATUK INDERA SETIA. Setelah dikeluarkan dari Siak, seperti Kerajaan kerajaan lainnya di Sumatera Timur, maka Kuala Tanjung dimasukkan ke dalam resort Batubara, dan dalam bidang peradilan disatukan dengan negeri-negeri Batubara, Sipare-pare, Tanjung Kasau dalam KERAPATAN BESAR Opderafdeeling Batubara di Labuhan Bilik.
          Sesuai dengan Politik HindiaBelanda, yang sedikit demi sedikit ingin menghapuskan kerajaan-kerajaan bumiputera  Indonesia sehingga akan disamakn dengan wilayah Hindia Belanda lainnya yang langsung diperintahnya seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Tapanuli, Sumatera Barat dll. Maka tahap pertama ialah menghapuskan lembaga “Raja Muda” kemudian maju selangkah lagi dengan menghapuskan lembaga “ORANG-ORANG BESAR” kerajaan dan mereka atau turunannya dijadikan pegawai (Districthoofd) saja. Dengan demmikian Belanda hanya berhubungan dengan 1 orang saja Raja tunggal yang mudah diotak atiknya.  Tahap ke 3 ialah menurunkan status kerajaan dengan Politik Kontrak, yang kerajaannyadianggap terkebelakang dalam bidang produksi dan perekonomian dalam halnya : Inderagiri.  Tahap ke 4 ialah menyatukan begitu banyak kerajaan yang kecil-kecil digabungkan dalam federasi sebagaimana halnya kerajaan-kerajaan di wilayah Batubara Afdeeling Asahan dan di Afdeeling Labuhan Batu dan Afdeeling Rokan. Kemudian tahap yang ke 5 menyatukan negeri-negeri kecil seperti halnya : Tanjung Kasau, Kuala Tanjung dan Sipare-pare di bawah seorang kepala, ABDUL SOMAD GELAR TENGKU DUSU, sejak 1916. Pada tahap terakhir, dalm Zelfbestuurs politieke hervoerning, Belanda sudah akan menghapuskan kekuatan raja-raja pemerintahan senidir itu sehingga  dismakan seperti “regent” di Jawa , tetapi tidak kesampaian, karena tiba-tiba pecah Perang Dunia ke 2 dan Jepang masuk ke Indonesia. Ketika Belanda menduduki sebahagian tanah air setelah Agresi 1 dan Agresi 2. Belanda tidak bersedia lagi memulihkan kerajaan itu. Dengan demikian secara tidak langsung Belanda telah “mengkhianati” Politik Kontrak yang dibuatnya di zaman Hindia Belanda dengan raja bumi putra itu dan ia sangat bersyukur bahwa kerajaan-kerajaan bumiputra itu sudah “dihapuskan” oleh “Revolusi Sosial” yang dipimpin kaum komunis ditahun itu.
 (habis)


























































Kata Pengantar

Bismillahir Rahmanir Rahim

        Sebagaimana kita telah sama ketahui bahwa untuk menyusun Terombo (Stamboom) dari keturunan masing-masing, sangat sulit sekali diperdapat.
        Sebahagian besar dari nenek moyang kita buta huruf, tetapi mereka semua memeluk agama Islam, diantaranya ada yang pandai membaca isi kitab suci Al-Qur’an, tetapi ia tidak pandai menuliskannya, karena tidak bersekolah karena di saat itu tidak ada sekolah , hanya ada surau-surau tempat belajar mengaji saja yaitu belajar membaca isi kitab suci Al-Qur’an.
        Catatan-catatan keturunan tidak ada yang ditinggalkan mereka. Alhamdulillah pada masa orang tua saya R. Alang masih hidup, ia ingin untuk mendapatkan Terombo (Stamboom) asal-usuln Raja-Raja kerajaan Negeri Tanjung Kassau pada masa dahulu, demi untuk anak cucu dan ahli familinya agar mengetahui sejarah, karena mana ia usahakan menanyakan dan mengumpul catatan-catatan dari orang-orang tua di kampung Tanjung Kassau dan di tempat-tempat lain di Batubara dan di Simalungun.
        Catatan-catatan orang2 tua dahulu diperolehnya dari tulisan lama Melayu dan kini berada terkumpul ditangna sdr. Tersebut kutip dan diperbuatnyalah Naskah Risalah yang ringkas ini.
        Menurut tanggapan saya masih banyak lagi kekurangan-kekurangan isi naskah itu.
        Kepada para pembaca Naskah ini dimohonkan bantuan, kiranya rela dan berkenan mengoreksi  aka nisi Naskah itu, bilamana tahu atau dapat tau pperbaikan dan tambahan akan isi Naskah itu dengan tidak segan-segan diharapkan sangat agar dapat menyampaikannya kepada sdr. Pengutip untuk dapat diralat seperlunya.


            Terima kasih.



Labuhan Ruku, 16 Okt. 1985.                                                                        Wassalam





                                                                                                            T. Harbeik                                                                                                                                  Pensiunan Jaksa Negeri







NASKAH RISALAH KERAJAAN TANJUNG DI SIMALUNGUN


BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM

        Pada zaman Sultan Tajul Alam Aladdieni Syah dalam takhta Negeri Aceh.

        Alhamdulillahirabbil’alamin Washalaatu wassalamu alaa rasulilla saiyidina Muhammadin wa’ala aalihi washahbihie ajma’ien min hijratin nabiyi shallalaahu’alaihi wasallama sanata 1100 (alfin wamiah)
        Amma ba’du:
       
        Dari pada itu maka tersebut perkataan cerita Datuk Paduka Tuan dating dari Menang Kerbau negerinya bernama Bukit gumbak pergi berlayar ke Johor membeli perahu muatan empat puluh koyan maka dinamakan Gajah Ruku. Dari Johor lalu berlayar ke negeri Aceh (Pasai) maka iapun lalu beristeri di sana dapat anak dua orang, seorang laki-laki dan seorang perempuan.

        Tiada berapa lama anataranya makam balik ia (Datuk Paduka Tuan) ke Menang Kerbau. Sampai Datuk Paduka Tuan bertentangan Kuala Batubara, maka Datuk itupun masuk lalu mudik ke Hulu. Sampai di Teluk Kuala Batubara, maka Gajah Rukopun dilabuh oleh juru batunya. Dengan sebab itu dinamakan orang Labuhan Ruku. Maka Datuk itupun mudik ke Hulu semenda ke Tanah Jawa. Mengambil Puang anak raja Tanah Jawa. Telah kahwin maka iapun bertempat di situ (di Tanah Jawa) dapat anak dua orang, seorang laki-laki namanya Ali Usman dan yang perempuan hilang lalu membawa pulang ke air.
       
        Maka, tiada berapa lama antaranya Datuk Paduka Tuan meramaikan hulu tanjung, di dalam pada itu datanglah kemenakannya dari Menang Kerbau negeri Bukit Gumbak dua bersaudara yang tuanya nama Raja Ali Kadir dan yang mudanya nama Raja Mansyursah. Maka adalah kedua anak Raja itu ke Hulu Tanjung didudukkannya di Tanjung Raja. Maka Datuk Paduka Tuanpun mengambil Puang anak raja Siantar dikawinkannya dengan Raja Ali Kadir namanya Puang Rindim. Maka tiada berapa lamanya Raja Ali Kadirpun membuat kampung di Tangga Besi, nama sungainya Bah Sihapingan. Maka iapun dapat anak 3 orang yang tuanya nama Raja Umar Ali yang tengahnya nama Raja Usman dan yang mudanya Raja Sihotang (hilang masuk hutan).

        Syahdan maka adalah Raja Umar Ali beranak seoragn laki-laki nama Abdullah nama kampungnya Tanjung Kataran dan nama sungainya Bah hapal. Dan Raja Usman pun beranak perempuan bernama Tengku Maimunah kampungnya Tanjung Malela.

        Alkisah maka tersebut perkataan saudara Raja Ali Kadir yang bernama Raja Mansyursah berpindah dari Tanjung Rih, berkampung ia di Tanjung Matoguh. Maka dibukanya Tanjung Maraja, nama sungainya Bah Lias. Maka ia dapat anak dua orang. Yang tuamya nama Raja Tengku Maharaja lela didudukkan di Tanjung Perapat. (perbatsan dengan Dolok) dan seorang Raja Abdul Jalil didudukan di Tanjung Maharaja, dapat anak laki-laki nama Raja Adim didudukan di Tanjung Bolon.

        Syahdan maka sampai kabar ke bawah hadrat duli yang maha mulia Sultan Aceh yang bergelar Sultan Tajul’alam ‘aladdini Syah akan anak Raja menang Kerbau Bukit Gumbak duduk di negeri Tanjung kampung Tangga Besi nama Raja Ali Kadir maka Bagindapun menitahkan hulubalangnya nama Nyak Let memanggil Raja Ali Kadir menghadap ke Aceh. Maka jawab Raja Ali Kadir “ pada masa ini belum lagi terbuat saya pergi menghadap ke Aceh sebab karena susah oleh Portugal yang hhendak datang mengambil negeri ini, melainkan baliklah Tuan hamba dahulu ke Aceh sembahkan halini ke bawah duli Sultan Tajul’alam’aladdini Syah. Akan tetapi meriani ini tinggalkan kepada hamba”. Maka Nyak Let pun pulang ke Aceh lalu menghadap Sultan maka dipersembahkannyalah segala hal ihwal yang tersebut dari awaalnya sampai akhirnya. Maka titah Sultan “Nanti kita suruh antar hulubalang dan senjata kepadanya.


        Arkian maka dititahkan oleh Sultan empat orang Hulubalang nama Panglima Laut, Panglima Gugup, Panglima Payung dan Panglima Mukim serta membawa kurnia kebesaran Sultan meriam dinamai meriam itu Batng Pulai dan lela dua pucuk dinamakan Tupai beradu dan kepala padang perak bercampur godam satu dan rencong sebilah. Setelah musta’id negeri Tanjung. Keempat Hulubalang membawa kurnia kebesaran yang tersebut itu. Tiada berapa lama mereka itupun sampailah ke negeri Tanjung lalu mudik ke Tangga Besi mendapatkan Raja Ali Kadir serta memberikan kurnia kebseran itu semua dengan menyampaikan titah melawan musuh itu. Dengan bersungguh-sungguh hati karena segala raja-raja dan menteri Hulublang aib besar membuag belakang melainkan karena hajat atau karena berhelah menggunakan tipu dan peperangan.

         Demikianlah titah yang disampaikan hulubalang Sultan. Maka jawab Raja Ali Kadir “Insya allah ta’ala sehabis-habis upaya dilwan juga”. Telah sudah diperjamu, segala hulubalang itu kembalilah Panglima Payung dan Panglima Mukim balik ke negeri Aceh, maka tinggalah dua orang Hulubalang menanti musuh itu bersama-sama dengan Raja Ali Kadir di Tangga Besi.


        Syahdan sepeninggal Panglima Payung  dan Panglima Mukim itu maka dikumpulkan oleh Raja Ali Kadir segala orang besar-besar dan segala Hulubalang Sultan Aceh nama Panglima Laut dan Panglima Gugup musyawarah. Telah mufakat segala musyawarah itu maka diaturkan  Raja Mansyursah membuat Benteng di Sungai Tanjung Gading dan empat menteri membuat empat kota di Padang Rih dan Raja Ali Kadir dan Panglima Laut dan Panglima Gugup mudik ke negeri Tangga Besi. Demikianlah masing-masing menjaga jabatannya. Maka beberapa lama dijagai musuh tiada datang adanya.


        Syahdan maka adalah seorang Raja Padang nama Umar Baginda Saleh, tempatnya di Hulu Padang dan Raja negeri Beadagai bergelar yang dipertuan Raja Negeri Panjang dan di Tanjung jadi raja, Raja Adim duduk di Tanjung bolon.


        Pada suatu hari datang Raja Umar Baginda Saleh negeri Padang ke Tanjung Bolon mendapatkan Raja Adim musyawarah membuat perjanjian antara keduanya bersetia, berserugi selabo Padang dan Tanjung Bolon. Setelah sudah diperbuat perjanjian itu, maka Raja Umar Baginda Saleh pun kembali ke Padang. Kemudian dari beberapa lamanya, maka Raja Umar Baginda Saleh pun pergi ke negeri Bedagai menghadap yang dipertuan Raja Panjang serta memulamngkan negeri Padang ke pada yang dipertuan Raja Panjang serta hendak membuat aturan tanah supaya jangan berbantah anak cucu pada hari yang kemudian.


        Dalam pada itu diaturlah begini:
        Maka perbatasan Padang denganTanjung pada sebelah tepi laut jering halus dan di darat. Peranggiran dan di darat Peranggiran Perlimabatan dan di darat Perlimbatan Simpang empat. Maka adalah Simpang itu tempat orang banyak tersamun. Sebelah ke Barat Padang yang punya tanah dan sebelah ke Timur Tanjung yang punya tanah. Dan perwatasan Tanjung dengan Dolok ialah dari simpang empat menuju Tanjung Perapat. Ke Hulu Dolok yang punya tanah dan yang ke hilir Tanjung yang punya tanah. Kemudian dibohogi pula tanah dengan Datuk Saidi Muhammad Batubara. Watas sebelah ke tepi laut Gambus dan di darat Rih Sigulang-gulang. Kemudian perwatasan itu Bah Kemung-mung menuju Siajang Condong.

        Maka anak Raja Adim duduk di Tanjung Bolon, maka dapat anak Raja Adim itu seorang laki-laki nama Raja Ahmad maka didelar Sultan Aceh akan dia Sultan ‘Alam Perkasa dapat anak dua orang yang tuanya nama Raja Bolon dan mudanya nama Raja Mudo Indra Jati. Maka Sultan Alam Perkasapun mangkat maka menyuruh Raja Bolon ke Aceh menyampaikan sembah kepada Raja Aceh mengatakan Sultan Alam Perkassa telah mangkat serta membawa persembahan budak perempuan tujuh orang. Maka suruhan itupun pergi. Samapai di Aceh lalu menghadap membawa persembahan itu serta mempersembahkan segala hal yang terasebut itu. Maka Sultan pun menitahkan membawa hingsam Kacapuri pada Raja Bolon akan jadi ningsam Sultan Alam Perkasa.

        Beberapa lamanya maka Raja Muda Indara Jatipun pergi musafir keluar negeri lalu singgah ke negeri Asahan. Lalu duduk bertempat di Asahan. Tinggal Raja Bolon meminang anak Raja Siantar namanya Puang Bolon Barat. Telah sudah kahwin. Lalu dibawa ke Tanjung Bolon.

         Ada beberapa lamanya hilirlah Raja Siantar bernama Jauhari sampai ke Tanjung Bolon maka hilir bersama Raja Bolon ke Kuala. Lalu bermain berguarau-gurau singgah di Beting pasir putih sebelah kanan hilir lalu dinamai orang Pergurauan. Dan beberapa lamanya maka Raja Bolon pun dapat anak tiga orang laki-laki yang tuanya Raja Morah, yang tengahnya Raja Sabda, dan yang bungsunya Raja Umar. Maka Raja Umar itu pergi musafir ke negeri Deli.

        Syahdan tersebut ada seorang anak Datuk Batubara. Kampung Pesisir nama Tok Muncak datang mendapatkan Raja Sabda hendak menumpang membuat kebun dan menjermal (ambil ikan) maka dibenarkan oleh Raja Sabda. Maka iapun lalulah duduk di situ berkebun dan menjermal.

        Maka Raja Sabda dapat anak seorang namanya Raja Said. Kampungnya Kota Usang, kehiliranbnya Suka namanya dan sungai Pulau Bogot,; dan kehiliranyya Nibung larangan yang dilarangkan Raja Sabda. Sebab itulah dinamakan orang Nibung larangan. Dan hilirnya sungai Raja. dan sesudah Raja Sabda mangkat maka Raja Said menjadi Raja memerintah Kerajaan Tanjung Kasau

                                                                                                  Ruku, 16 Oktober 1985
                                                                                 Dikutip dari naskah lama tulisan Melayu oleh,




                                                                                                           R. Ardan
                                                                                                         Pensiunan Guru SMP Negeri

1 komentar: